Lembata yang diguncang gempa selama beberapa hari ini dengan eskalasi yang
selalu meningkat telah mengakibatkan trauma bagi penduduk desa yang memiliki
tingkat rentan resiko paling tinggi. Sebanyak 26 desa di sekeliling gunung Ile
Ape terkena dampak gempa. Dari 26 desa ini, sebanyak 15 desa (65 %) yang
memiliki tingkat resiko paling rentan karena topografi wilayah yang miring
sehingga beresiko dari longsor dan lepasnya bebatuan gunung ketika terguncang
gempa tektonik.
Kecamatan Ile Ape Timur yang meliputi 9 desa yang terkena dampak langsung
adalah desa Lamagute, ds Waimatan, ds Aulesa, ds Lamaau, ds Bao Lali Duli, ds
Lamatokan, ds Lamawolo, ds Jontona dan ds Todanara. Sementara 6 desa (43 % 14
desa) di wilayah kecamatan Ile Ape adalah; ds Napasabok, ds Bungamuda, ds
Amakaka, ds Watodiri, ds Laranwutun dan ds Kolontobo. Desa-desa ini berpotensi
ancaman akan longsor dan lepasnya bebatuan gunung dari resiko guncangan gempa
tektonik.
Jika guncangan gempa tektonik ini masih akan berlanjut dengan tingkat
eskalasi semakin tinggi yang diikuti dengan longsor dan lepasnya bebatuan
gunung maka, sekitar 75 % (12.958 jiwa) dari total penduduk Kecamatan Ile Ape
dan Ile Ape Timur (17.277 jiwa).
Beberapa desa rentan resiko yang sudah terkategori bencana adalah; desa Lamagute, desa Waimatan,
desa Bungamuda, desa Lamawolo, desa Lamatokan, desa Lamaau, desa Aulesa dan
desa Napasabok. Desa-desa ini telah mengalami kehancuran fisik seperti
hancurnya rumah tinggal, jalan putus dan tertimbun material longsoran.
Penanganan Korban
Sejak 10 Oktober 2017, warga di desa Lamagute, Lamawolo, Waimatan dan
Aulesa sudah mulai dievakuasi oleh komunitas PRB berkolaborasi dengan Polres
dan TNI Lembata. Polres dan TNI adalah dua institusi yang paling sigap walau
belum ada komando evakuasi dari Pemda dan BPBD. Belum adanya komando evakuasi
ini didasari oleh pengamatan BMKG yang masih menempatkan aktifitas gunung Ilo
Lewotolok pada level 2 yakni waspada dengan merujuk pada perilaku gempa
fulkanik dan bukan pada gempa tektonik. Sementara dampak resiko yang terjadi
adalah produk dari perilaku gempa tektonik.Karena itu, ketika terjadi evakuasi
oleh Polres dan TNI, belum ada sejenis pra-kondisi yang disiapkan untuk
penampungan pengungsi.
Hingga saat ini (12/10) warga yang sudah diungsikan dari wilayah dampak
sebanyak 1.320 jiwa. konsentrasi pengungsi di area eks Rumah Jabatan Bupati (Rujab)
sebanyak 768 jiwa dengan rincian Balita 38 (L 23, P 15), Anak-anak (6-18 thn)
138 (L 78, P 60), Lansia 52 (L 19, P 33), Disabilitas 1 (L), Busui 6, Bumil 2
dan dewasa 537. Sementara di Kantor Camat Ile Ape sebanyak 176 jiwa dan sisanya
tersebar di perumahan penduduk.
Mekanisme penanganan, penampungan di Rujab menggunakan tenda berikut dapur
umum yang diorganisir Tagana dan Dinas Sosial. Sementara pengungsi yang tersebar
di perumahan penduduk menerima distribusi logistik dari Tagana dan Dinas Sosial.
Kondisi pengungsian warga Ile Ape di eks Rujab ini kemudian menampik nurani peduli sejumlah kelompok masyarakat dan kelompok organisasi yang datang menyatakan pedulinya lewat sejumlah bantuan berupa bahan makanan untuk pengungsi. Bantuan ini mulai mengalir sehari kemudian setelah evakuasi warga oleh Polres dan TNI Lembata.
Walaupun kecil bala bantuan lokal yang diberikan tetapi setidaknya telah meringankan beban daerah dalam penanggulangan pengungsi korban gempa tektonik wa;lau pemda sendiri belum memberikan pernyataan resmi tentang Lembata Bencana.
Dinas Sosial dan Tagana kemudian menggelar dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum pengungsi.
Informasi Gempa bumi
Gempa bumi terjadi pada hari Selasa, 10 Oktober 2017, sebanyak tiga kali, yaitu
pada pukul 02.19 Wita (M 4,3 SR), pukul 02.27 Wita (M 4,6 SR), dan pukul 06.23
Wita (M 4,9 SR). Kemudian Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 07.10 (M.4,8 SR)
Pusat gempa bumi pertama berada di darat atau 11 km arah Barat Laut Kota
Lembata dengan koordinat 8.37°LS dan 123.46°BT pada kedalaman 10 km. Gempa bumi
kedua lokasinya di laut atau 35 km arah Barat Laut Kota Lembata dengan koordinat
8.15°LS dan 123.47°BT pada kedalaman 11 km.
Sementara gempa bumi ketiga berpusat di darat 23 km arah barat laut Kota
Lembata dengan koordinat 8.26°LS dan 123.47°BT pada kedalaman 10 km. Kemudian
gempa ke empat berpusat di 26 km arah barat laut Kota Lembata pada kedalaman 10
km.
Kondisi geologi daerah terdekat
Pulau Lembata tersusun oleh endapan permukaan, dan endapan gunung api muda,
sehingga batuan ini bersifat urai, lepas, belum kompak dan memperkuat efek
getaran sehingga rentan terhadap guncangan gempa bumi.
Tingkat Guncangan
Peta tingkat guncangan BMKG, menunjukkan intensitas II Skala SIG-BMKG atau
II-III skala intensitas Modified Mercally Intensity (MMI) di wilayah Lembata
dan sekitarnya. Sedangkan informasi masyarakat kepada BMKG, menunjukkan gempa
bumi dirasakan II SIG BMKG (II-III MMI) di wilayah Lembata, I SIG-BMKG (I-II
MMI) di wilayah Larantuka, Flores Timur dan II SIG-BMKG (III MMI) di wilayah
Lembata, I SIG-BMKG (I-II MMI) di wilayah Larantuka.
Penyebab gempa bumi
Berdasarkan posisi dan kedalamannya, gempa bumi ini diperkirakan berasosiasi
dengan Sesar aktif yang terdapat di Pulau Lembatna.*****